Perusahaan Tri-Energi sebuah
perusahaan minyak mempunyai persediaan sekitar 5000 karyawan sebagai hasil
kegiatan penarikan selama periode kekurangan tenaga kerja. Perusahaan
mengantisipasikan bahwa pasar tenaga kerja akan semakin ketat. Oleh karenanya
perusahaan memutuskan mempersiapkan diri dengan penarikan kelompok pekerja agar
kebutuhan yang diantisipasi dapat terpenuhi.
Setelah mempekerjakan karyawan
ekstra, perusahaan pada dekade selanjutnya secara continue mengotomatisasikan
fasilitas-fasilitas produksinya selama periode tersebut, meskipun kapasitas
produksi berlipat ganda, perusahaan akibat otomatisasi hanya memerlukan jauh
lebih sedikit karyawan untuk mengoperasikan fasilitas-fasilitas. Jadi keadaan
menjadi berbalik dari antisipasi perusahaan yaitu bahwa 5000 karyawan yang
telah terlanjur ditarik tak pernah lagi seluruhnya dibutuhkan.
Perusahaan menganjurkan untuk
mempekerjakan 5000 karyawan itu, dan membuat masyarakat berpendapat bahwa
sekali diterima bekerja seorang karyawan yang melaksanakan pekerjaan dengan
memuaskan dapat mengharapkan untuk tetap mempertahankan pekerjaannya,
bagaimanapun juga Tri-Energi kemudian mengalami masalah dengan rendahnya harga
dipasaran dan laba yang didapat turun sampai tingkat yang kurang memuaskan,
direktur utama, Jhonny Bolang, mempertimbangkan pemberhentian 5000 karyawan
yang tak pernah diperlukan, tak satupun memenuhi syarat atau perlu
dipertahankan sampai pensiun, dia sadar bahwa banyak posisi manager dapat dihilangkan
karena secara potensial angkatan kerja akan lebih kecil.
=========================================================================