December 12, 2015

Sistematika Penulisan Ilmiah

I           SISTEMATIKA PENULISAN ILMIAH

JUDUL
ABSTRAK
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
2. Manfaat Penulisan
BAB II. KAJIAN TEORETIS DAN METODOLOGI PENULISAN
A. Kajian Teoretis
B. Kerangka Berpikir
C. Metodologi Penulisan
BAB III. PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kasus
B. Analisis Kasus
BAB IV. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN



II           PENJELASAN SISTEMATIKA PENULISAN ILMIAH

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Memuat fakta-fakta atau sebab yang relevan sebagai titik tolak dalam merumuskan masalah penulisan dan mengemukakan alasan penentuan masalah. Penulis dapat mengutip atau mengemukakan pendapat para ahli, berita melalui media massa, peraturan perundang-undangan yang mendukung terhadap fakta atau fenomena yang akan ditulis. Setiap peraturan dan perundang-undangan yang dikutip tidak ada catatan kaki, sedangkan pendapat para ahli, berita melalui media massa harus disertai catatan kaki.

B. Perumusan Masalah
Menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa yang ingin dicari jawabannya. Perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang dibahas, diakhir pertanyaan harus memberikan tanda tanya (?).

C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penulisan: menyebutkan secara spesifik maksud yang ingin dicapai dalam penulisan.
2. Manfaat Penulisan: kontribusi hasil penulisan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN METODOLOGI PENULISAN

A. Kajian Teoretis
Pemaparan beberapa teori ilmiah dan temuan-temuan lain yang dianggap perlu dan relevan dengan pokok masalah. Setiap teori yang dikutip harus disertai penjelasan dan komentar penulis tentang kaitan teori tersebut dangan masalah. Sedangkan pada akhir dari semua teori-teori yang dikutip, penulis harus memunculkan sebuah kesimpulan terkait dengan permasalahan.

B. Kerangka Berpikir
Argumentasi penulis yang didasari pada teori-teori ilmiah yang telah dikemukakan dimuka. Peneliti harus menjelaskan suatu alur kerja atau saling keterkaitan antar indikator dengan permasalahan yang dibahas. Peneliti dapat untuk mengungkapkannya dapat menggunakan bantuan skema atau bagan penjelasan.

C. Metodologi Penulisan
1. Tempat dan waktu: menjelaskan tempat atau lokasi observasi dengan menyebutkan nama perusahaan serta alamatnya, kemudian menyebutkan waktu observasi sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh masing-masing program studi.
2. Metode:
a. Menyebutkan nama metode yang digunakan (misalnya metode deskriptif analisis).
b. Teknik pengumpulan data (misalnya wawancara, observasi, kuesioner).
c. Teknik Analisis Data (misalnya memakai rumus statistik, rumus keuangan, atau model analisis lain seperti SWOT, EOQ, EVA, ABC).

BAB III
PEMBAHASAN (judul bab ini harus sesui dengan topik yang diangkat)

A. Deskripsi Kasus
Mengidentifikasi kasus-kasus yang terdapat pada perusahaan (sesuai dengan kekhususan bidang ilmu penulis). Kasus yang diidentiftkasi dimulai dengan kasus sederhana sampai pada kasus kompleks dan rumit sesuai dengan urgensi fenomena yang diangkat pada perumusan masalah. Kasus yang diangkat merupakan kasus yang ditemukan di perusahaan dan penulis terlebih dahulu melakukan konfirmasi dengan pihak perusahaan (guna menjamin kesahihan kasus). Kasus-kasus yang bersifat rahasia tidak disarankan untuk dibahas oleh penulis. Kasus yang diangkat dapat berupa poin-poin uraian penjelasan atau berupa tabel, diagram dan sebagainya.

B. Analisis Kasus
Penulis melakukan pengkajian terhadap kasus yang dipilih sesuai urgensi permasalahan dan berusaha mengkaitkan dengan konsep teori dan temuan-temuan lain yang dianggap perlu. Untuk mendapatkan solusi atau pemecahan terhadap kasus yang dibahas, penulis dapat juga menggunakan model-model analisis seperti analisis SWOT, EOQ dan sebagainya sesuai kebutuhan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Peneliti harus meyimpulkan hasil temuan dari analisis kasus dalam bentuk poin-poin penting secara jelas dan tepat (tidak boleh menulis simpulan diluar kasus yang dianalisis). Berangkat dari kesimpulan tersebut, penulis memberikan saran-saran berguna yang terkait dengan kasus yang telah dianalisis (untuk jangka pendek, menengah dan panjang) terutama ditujukan kepada perusahaan yang ditulis dan kegunaannya bagi perkembangan IPTEK. Pada bab ini antara Kesimpulan dan Saran masing-masing dijadikan sub-bab tersendiri.


III        TEKNIK PENULISAN ILMIAH

A. Bahan dan Teknik Pengetikan
1.  Kertas
a. Kertas yang digunakan untuk menulis karya ilmiah adalah kertas HVS 80 gram berukuran A4 (21,0 cm x 29,7 cm).
b. Sampul (kulit luar) berupa soft cover dari bahan buffalo atau linen pada saat ujian karya ilmiah dan hard cover setelah ujian (revisi) dan dinyatakan lulus dengan warna magenta.
c. Pembatas antara bab yang satu dengan bab lainnya diberikan pembatas kertas doorslag warna magenta berlogo Universitas Negeri.
2. Jenis Huruf
a. Naskah karya akhir menggunakan jenis huruf yang sama dari awal sampai akhir, yaitu Times New Roman, Font Size 12, kecuali judul bab digunakan Font Sizr 14 dan Footnote dengan Font Size 9.
b. Huruf tebal digunakan untuk judul bab, sub bab, tabel, gambar dan lampiran.
c. Huruf miring dapat digunakan untuk tujuan tertentu, misalnya istilah atau kata dalam bahasa asing, atau kata yang ingin ditekankan.
3. Margin
Batas pengetikan dari tepi kertas untuk naskah karya ilmiah antara lain tepi atas 4 cm, tepi bawah 3 cm, tepi kiri 4 cm, dan tepi kanan 3 cm.
4. Format
a. Setiap judul bab dan judul lembaran dimulai halaman baru diketik dengan huruf kapital diletakkan di tengah (center) bagian atas halaman.
b. Sub bab diketik di pinggir sisi kiri halaman dengan menggunakan huruf kecil tebal, kecuali huruf pertama pada setiap kata diketik dengan huruf kapital.
c. Setiap alinea baru, kata pertama diketik masuk ke kanan setelah ketukan ketujuh atau mulai pada ketukan kedelapan.
d. Tabel dalam teks disertai nomor tabel dan judul tabel diketik dengan huruf “T” kapital seperti Tabel II.1 yang berarti tabel Bab II yang pertama, dan seterusnya serta penempatannya di atas tabel. 
e. Gambar dalam teks disertai nomor gambar dan judul gambar diketik dengan huruf “G” kapital seperti Gambar III.1 yang berarti gambar Bab III yang pertama, dan seterusnya serta ditempatkan di bawah gambar.
f. Penulisan lambang atau simbol sebaiknya menggunakan fasilitas program perangkat lunak komputer. Sedangkan satuan dan singkatan yang digunakan hanya yang lazim dipakai dalam disiplin ilmu masing-masing seperti: 100 C; kg; 12 ppm; ml; dan sebagainya.
g. Istilah asing yang dalam teks dicetak miring (Italic) misalnya: et al.; ibid; supply; centring; dan sebagainya.
h. Setelah tanda koma, titik koma, dan titik dua, diberi jarak satu ketukan dan sebelumnya tidak perlu diberi spasi.
i. Pemutusan kata harus mengikuti kaidah Bahasa Indonesia yang baku dan benar.
5. Spasi
a. Jarak antara baris dalam teks adalah dua spasi, kecuali kalimat judul, sub judul, sub bab, judul tabel, dan judul gambar serta judul lampiran adalah satu setengah spasi.
b. Jarak antara judul bab dengan teks pertama isi naskah atau antara judul bab dengan sub bab adalah empat spasi.
c. Abstrak diketik dengan jarak satu spasi, judul abstrak dan seluruh teksnya diketik dengan huruf miring (Italic).
d. Jarak spasi sumber referensi dalam Daftar Pustaka satu spasi, kecuali jarak spasi antara sumber pustaka.
e. Jarak baris pada kata pengantar, daftar isi dan daftar tabel maupun gambar dua spasi.

B. Penomoran Halaman
1. Halaman Bagian Awal
Bagian awal karya ilmiah diberi nomor halaman dengan menggunakan angka Romawi kecil (i, ii, iii, dan seterusnya) ditempatkan pada posisi tengah bawah halaman yang dimulai dari judul dalam (sesudah sampul) sampai dengan halaman Riwayat Hidup. Halaman judul dan halaman persetujuan tidak diberi nomor, tetapi diperhitungkan sebagai halaman i dan ii yang tidak perlu diketik.
2. Halaman Utama
Penomoran mulai dari Bab Pendahuluan sampai dengan Bab Kesimpulan dan Saran menggunakan angka Arab (1, 2, 3 dst.) dan setiap judul bab nomor diletakkan pada bagian tengah bawah dan halaman berikutnya diletakkan sudut kanan atas dengan jarak tiga spasi. Penomoran bukan bab dan sub bab menggunakan angka Arab dengan tanda kurung misalnya: 1), 2) atau (1), (2), dst.
3. Halaman Bagian Akhir
Penomoran pada bagian akhir karya ilmiah mulai dari Daftar Pustaka sampai dengan Riwayat Hidup menggunakan angka Arab yang diketik pada marjin bawah persis di tengah-tengah dengan jarak tiga spasi dari margin bawah teks, dan halaman selanjutnya diketik sebelah kanan atas dengan jarak tiga spasi dari pinggir atas (baris pertama teks) lurus dengan margin kanan teks.

C. Kutipan
Kutipan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah peneliti mengambil kutipan sesuai dengan sumber aslinya. Kutipan yang tidak lebih dari tiga baris diketik dua spasi dengan cara memberikan tanda petik diantara teks yang dikutip dan diberi nomor kutipan. Kutipan yang menggunakan istilah atau bahasa asing dicetak miring dan diberi nomor kutipan.
Sedangkan kutipan lebih dari tiga baris diketik satu spasi dan ditempatkan dalam alinea tersendiri. Adapun ketukan baris pertama dan seterusnya sebanyak tujuh ketukan.  Sedangkan kutipan tidak langsung adalah peneliti menggambarkan suatu teori berdasarkan sumber kutipan.

D. CATATAN KAKI
Pencantuman catatan kaki diperlukan dalam penulisan karya ilmiah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sumber referensi yang menjadi kajian peneliti. Adapun unsur pokok dalam catatan kaki adalah nama penulis, judul tulisan, data publikasi (kota tempat terbit, nama penerbit, dan tahun penerbitan), serta nomor halaman. Semua sumber kutipan yang baru muncul pertama kali harus ditulis secara lengkap, sedangkan untuk pemunculan berikutnya digunakan singkatan ibid, op. cit, atau loc. cit. Dalam menulis catatan kaki, baris pertama harus ke dalam sebanyak tujuh ketukan.

E. DAFTAR PUSTAKA
Ketentuan dalam penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut :
1. Tuliskan nama pengarang, judul karangan dan data tentang penerbitannya (tempat, penerbit dan tahun).
2. Daftar pustaka disusun secara alfabetis tidak hanya huruf terdepannya tetapi juga huruf kedua dan seterusnya.
3. Daftar pustaka diketik satu spasi dan jarak antara masing-masing pustaka adalah dua spasi.
4. Huruf pertama dari baris pertama masing-masing pustaka diketik tepat pada garis tepi kiri tanpa ketukan (indensi) dan baris berikutnya digunakan indensi tujuh karakter.
5. Apabila nama pengarang sama dan judul berbeda, maka baris pertama harus diberi garis terputus-putus sebanyak 14 ketukan.
6. Penulisan nama pengarang diawali dengan nama keluarga, kemudian namanya. Untuk dua atau tiga pengarang, nama pengarang kedua dan ketiga tidak perlu dibalik.
7. Penulisan nama pengarang yang bermarga cina atau mandarin, ditulis apa adanya (tidak diindeks).
8. Jika nama pengarang sama dalam dua tahun penerbitan berbeda, maka daftar pustaka disusun menurut urutan waktu (tahun).
9. Nama pengarang sama, judul berbeda perlu diberikan garis sebanyak 14 ketukan.
10. Sama sekali tidak boleh mencantumkan sumber referensi yang tidak pernah dibaca dan tidak boleh mencantumkan gelar.
11. Dalam daftar pustaka atau catatan kaki, tulisan yang bersumber dari majalah/ koran/makalah yang diberi garis bawah atau ditebalkan adalah nama majalah/korannya yang menerbitkan.

November 7, 2015

Tugas 2: Kalimat Efektif dan Tidak Efektif

I           KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksud atau arti serta tujuan yang dimaksud penulis atau pembicara. Kalimat efektif dapat dikatakan efektif jika kalimat tersebut berhasil menyampaikan pesan, pikiran, gagasan, perasaan pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.

Ciri Ciri Kalimat Efektif:

1.      Kesepadanan
Kesepadanan ialah keseimbangan ntara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
2.      Keparalelan atau Kesejajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
3.      Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat.
4.      Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat.
5.      Kecermatan
Kecermatan di sini maksudnya tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata.
6.      Kepaduan
Kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
7.      Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis atau masuk akal.


II         KALIMAT TIDAK EFEKTIF

Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif.

Penyebab Ketidakefektifan Kalimat:

1.      Kalimat Berstruktur Kompak
Setiap kalimat minimal terdiri atas unsur pokok dan sebutan (yang menerangkan pokok) atau unsur subjek dan predikat. Kalimat yang baik adalah kalimat yang menggunakan subjek dan predikat secara benar dan kompak. Kekurangkompakan dan ketidakjelasan subjek dapat terjadi jika digunakan kata depan di depan subjek. Misalnya penggunaan dalam, untuk, bagi, di, pada, sebagai, tentang, dan, karena sebelum subjek kalimat tersebut.
2.      Kalimat Paralel
Kalimat yang efektif adalah kalimat yang tersusun secara paralel. Keparalelan itu tampak  pada jenis kata yang digunakan sebagai suatu yang paralel dengan memiliki unsur atau jenis kata yang sama. Kesalahan dalam menggunakan paralelis kata akan menjadikan kalimat tersebut menjadi tidak efektif.
3.      Kalimat Hemat
Kalimat yang efektif harus hemat. Kalimat hemat memiliki ciri kalimat yang menghindari pengulangan subjek, pleonasme, hiponimi, dan penjamakan kata yang sudah bermakna jamak.
4.      Kalimat Berpadu
Kalimat yang berpadu adalah kalimat yang berisi kepaduan pernyataan. Kalimat yang tidak berpadu biasanya terjadi karena salah dalam menggunakan verba (kata kerja) atau preposisi (kata depan) secara tidak tepat.
5.      Kalimat Logis
Kalimat yang logis adalah kalimat yang dapat diterima oleh akal atau pikiran sehat. Biasanya ketidaklogisan kalimat terjadi karena pemilihan kata atau ejaan yang salah.
6.      Kontaminasi: merancukan dua struktur benar satu struktur salah.
7.      Pleonasme: berlebihan, tumpang tindih.
8.      Tidak memiliki subjek.
9.      Adanya kata depan tidak perlu.
10.  Salah nalar.
11.  Kesalahan pembentukan kata.
12.  Pengaruh bahasa asing.
13.  Pengaruh bahasa daerah.


III        CONTOH KALIMAT TIDAK EFEKTIF

1.      Beberapa orang-orang mengikuti lomba lari.
Kalimat di atas menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak, yaitu pada kata orang-orang, seharusnya: Beberapa orang mengikuti lomba lari.
2.      Ibu memakai baju warna biru.
Kalimat di atas tidak menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponim kata, sehingga terjadi pemborosan kata, seharusnya: Ibu memakai baju biru.
3.      Makanan itu saya kurang cocok.
Kalimat di atas mempunyai subjek ganda, sehingga menjadikan kalimat tersebut tidak efektif yaitu pada kata pekerjaan itu saya yang seharusnya pekerjaan itu bagi saya. Seharusnya: Makanan itu bagi saya kurang cocok.
4.      Waktu dan tempat kami persilahkan.
Kalimat di atas tidak ada kelogisan yang dipersilahkan waktu dan tempat atau orang yang akan menyampaikan sesuatu di depan umum seharusnya: Bapak kepala yayasan kami persilahkan.
5.      Tugas ini membahas tentang teknologi dan jaringan.
Kalimat di atas seharusnya tidak diberi kata penegas berupa kata tentang. karena kata penegas sudah diwakili oleh kata membahas, seharusnya: Tugas ini membahas teknologi dan jaringan.
6.      Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Kalimat di atas pemakaian kata bunga-bunga seharusnya tidak perlu. Dalam kata mawar, anyelir, dan melati terkandung makna bunga. Kalimat yang benar adalah: Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
7.      Mengerjakan tugas itu saya dibantu oleh ayah.
Kalimat di atas merupakan suatu bentuk kegiatan yang berupa mengerjakan. Berarti pada awal kalimat seharusnya menggunakan kata dalam dan memberi tanda baca koma diantara kata itu dan saya. Seharusnya: Dalam mengerjakan tugas itu, saya dibantu oleh ayah.
8.      Saya yang berasal dari Puncak.
Kata yang dapat digunakan untuk menghubungan sesuatu, jika tidak ada kata penghubung lainnya seperti kata dari. Seharusnya: Saya berasal dari Puncak.
9.      Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Kalimat di atas tidak efektif karena kata sehingga tidak dapat digunakan sebelum subjek, seharusnya: Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
10.  Surat itu saya sudah baca.
Kalimat ini tidak efektif karena tidak adanya suatu kepaduan mempergunakan pola aspek + agen + verba secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona, seharusnya: Surat itu sudah saya baca.